Suku-suku dalam Etnik Minangkabau
Dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan, yang oleh orang Minang sendiri hanya disebut dengan istilah suku. Beberapa suku besar mereka adalah suku Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Sikumbang, Malayu, Jambak; selain terdapat pula suku pecahan dari suku-suku utama tersebut. Kadang beberapa keluarga dari suku yang sama, tinggal dalam suatu rumah yang disebut Rumah Gadang.
Di masa awal Minangkabau mengemuka, hanya ada empat suku dari dua lareh atau kelarasan (laras). Suku-suku tersebut adalah:
Suku Koto
Suku Piliang
Suku Bodi
Suku Caniago
Suku Piliang
Suku Bodi
Suku Caniago
Dan dua kelarasan itu adalah :
Lareh Koto Piliang yang digagas oleh Datuk Ketumanggungan
Lareh Bodi Caniago, digagas oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang
Perbedaan antara dua kelarasan itu adalah:
Lareh Koto Piliang menganut sistem budaya Aristokrasi Militeristik
Lareh Bodi Caniago menganut sistem budaya Demokrasi Sosialis
Dalam masa selanjutnya, muncullah satu kelarasan baru bernama Lareh Nan Panjang, diprakarsai oleh Datuk Sakalok Dunia Nan Bamego-mego.
Sekarang, suku-suku dalam Minangkabau berkembang terus dan sudah mencapai ratusan suku, yang terkadang sudah sulit untuk mencari persamaannya dengan suku induk. Di antara suku-suku tersebut adalah:
Suku Tanjung
Suku Sikumbang
Suku Sipisang
Suku Bendang
Suku Melayu (Minang)
Suku Guci
Suku Panai
Suku Jambak
Suku Kutianyie
Suku Kampai
Suku Payobada
Suku Pitopang
Suku Mandailiang
Suku Mandaliko
Suku Sumagek
Suku Dalimo
Suku Simabua
Suku Salo
Suku Singkuan
Suku Sikumbang
Suku Sipisang
Suku Bendang
Suku Melayu (Minang)
Suku Guci
Suku Panai
Suku Jambak
Suku Kutianyie
Suku Kampai
Suku Payobada
Suku Pitopang
Suku Mandailiang
Suku Mandaliko
Suku Sumagek
Suku Dalimo
Suku Simabua
Suku Salo
Suku Singkuan
Sebenarnya masih banyak pecahan suku-suku dari minang. namun berpulang kepada asal mula suku tersebut yang menjadi landasan terbentuknya suku2 baru
Selanjutnya
Suku bangsa Minangkabau adalah salah satu suku besar di Nusantara. Menurut sensus pada 2000, jumlahnya mencapai 5,5 juta jiwa yang bermukim di Indonesia, tersebar di Sumatera Barat, Jabotabek, Jambi, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Belum termasuk yang merantau ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura.
Suku Minangkabau sering disebut orang Padang, merujuk pada ibukota Sumatera Barat, tempat komunitas suku ini berasal. Salah satu keunikan suku ini adalah sistem kekeluargaan yang melalui jalur matrilineal, jalur perempuan, dan tercatat sebagai penganut matrilineal terbesar di dunia.
Ciri Khas Suku Minangkabau
Ciri menonjol suku Minangkabau adalah budaya urban yang merupakan dinamika tersendiri dan menjadi napas kehidupannya. Bahkan, dalam khasanah cerita rakyat Nusantara, cerita rakyat Padang memiliki ciri masyarakat yang merantau, seperti terdapat pada cerita Malin Kundang. Ciri ini jarang terdapat pada cerita rakyat daerah lain.
Dalam literatur motif hias Minang juga dikenal istilah “itiak pulang patang” yang memiliki nilai kearifan lokal tentang anjuran merantau, mengadu nasib, dan pulang petang hari membawa hasil kesuksesan.
Legenda Minangkabau
Konon, sebuah kerajaan asing zaman dahulu datang ke Sumatra untuk melakukan penaklukan. Maka berkumpullah para tokoh masyarakat, berembuk mencari cara untuk mencegah pertempuran tanpa harus takluk tanpa perlawanan. Maka, diusulkanlah pertandingan mengadu kerbau.
Ternyata, tentara dari kerajaan asing itu menyetujui. Mereka membawa kerbau besar dan galak untuk aduan, sedangkan masyarakat setempat mengeluarkan anak kerbau yang sengaja dibuat kelaparan dan diberi pisau pada tanduknya. Anak kerbau itu menyangka kerbau besar sebagai induknya dan langsung menyerbu hendak menyusu. Maka, kalahlah si kerbau besar.
Dari peristiwa itulah, konon, kata Minangkabau berasal, yakni minangyang artinya 'menang', dan kabau yang artinya 'kerbau'. Selanjutnya, kata Minangkabau digunakan untuk menyebut sebuah kenegerian yang terletak di Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Asal-usul
Suku bangsa Minangkabau berasal dari etnis Melayu Muda yang bermigrasi dari Cina Selatan ke daratan Sumatra sekitar 2.500 tahun lalu. Jalur migrasinya melewati timur pulau, menyusuri Sungai Kampar dan menetap di sekitar sungai itu membentuk masyarakat yang diberi nama luhak.
Perkembangan berikutnya, suku bangsa Minangkabau terbagi menjadi beberapa suku utama. Pada masa-masa awal, terdapat empat suku besar yang bisa diidentifikasi, yaitu suku Koto, suku Piliang, suku Bodi, dan suku Caniago.
a. Suku Koto
Di masa lalu, suku Koto hidup di dalam benteng yang terbuat daribambu. Di dalam benteng tersebut, terdapat pemukiman-pemukiman. Benteng bambu disebut dengan istilah koto, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya 'benteng'. Dari nama inilah, suku tersebut dinamai suku Koto.
Suku Koto kemudian berkembang menjadi beberapa subsuku, di antaranya Tanjung Koto, Koto Dalimo, Koto Diateh, Koto Kaciak, Koto Kampuang, Koto Kerambil, Koto Sipanjang, dan masih banyak lagi.
b. Suku Piliang
Nama Piliang berasal dari kata pele dan Hyang yang berarti 'banyak dewa'. Penamaan ini merujuk pada budaya suku Piliang di masa lalu yang memuja banyak dewa menyerupai kepercayaan Hindu.
Suku Piliang berkembang membentuk subsuku, seperti Piliang Guci, Piliang Laweh, Piliang Sani, Piliang Baruah, Piliang Bongsu, Piliang Cocoh, Piliang Dalam, Piliang Koto, Piliang Koto Kaciak, Piliang Patar, dan sebagainya.
c. Suku Bodi
Jauh sebelum masuknya agama Islam, suku Bodi menganut agama Budha, dan dari unsur kepercayaan itulah mereka dinamai suku Bodi. Merujuk pada sebuah pohon yang sangat penting dalam agama Budha, yakni pohon bodi.
Suku Bodi tersebar di wilayah Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh Kota dan kota Payakumbuh. Tidak terdapat subsuku dalam suku ini, tapi di beberapa tempat mereka bergabung dengan suku Caniago dan membentuk suku Suku Bodi-Caniago, yang banyak terdapat di Lubuk Jambi, Kuantan Mudik, dan Riau.
d. Suku Caniago
Adalah suku yang demokratis yang memegang teguh falsafah "bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat,” yang artinya 'bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat'. Suku Caniago juga memandang semua manusia sama rata, tidak ada sistem kasta.
Suku bangsa Minangkabau sekarang ini telah berkembang menjadi ratusan suku dan teramat sulit untuk mengidentifikasi dari suku mana mereka berasal. Suku-suku tersebut, di antaranya Suku Tanjung, Suku Sikumbang, Suku Sipisang, Suku Bendang, Suku Guci, Suku Panai, Suku Jambak, Suku Kutianyie, Suku Kampai, Suku Payobada, dan masih banyak yang lainnya.
Budaya dan Seni
Kebudayaan suku Minangkabau mengenal istilah Tali Nan Tigo Sapilin, yaitu tiga elemen utama yang berperan menjaga keutuhan budaya danadat istiadat. Tiga elemen itu adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak.
Secara umum, suku Minangkabau merupakan masyarakat yang demokratis dan egaliter. Musyawarah untuk Mufakat adalah bentuk yang selalu mendapatkan aktualitasnya dalam berbagai sistem sosial.
Sebagai masyarakat dengan tradisi urban dan migran, suku Minangkabau mengenal seni beladiri sejak lama, dalam bentuk silat tradisional yang khas. Gerakan silat tersebut, bahkan, terintegrasi dalam kesenian tari randai dan tari piring yang banyak disajikan untuk meramaikan pesta adat.
Ikon utama suku Minangkabau adalah rumah adat yang disebut Rumah Gadang. Rumah tersebut mencerminkan budaya demokrasi, biasanya dibangun di atas tanah keluarga induk dalam suku tersebut secara turun-temurun. Berbentuk persegi panjang dengan atap melengkung mencuat ke atas seperti tanduk kerbau.
di olah dari Berbagai Sumber
0 comments:
Posting Komentar